Belajar Memahami Tekanan,intonasi dan jeda dengan mudah

Pada artikel kali ini, saya akan menguraikan mengenai unsur-unsur bunyi dan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaannya seperti, lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim atau baku serta yang tidak. Tujuannya agar kita dapat menunjukan reaksi kinetik, seperti memerhatikan, mencatat, serta mengomentari lafal, tekanan, intonasi, dan penggunaan jeda yang lazim/baku dan yang tidak terhadap wacana yang dibacakan. Di samping itu, dalam bab ini kita juga akan mempelajari ciri bahasa Indonesia baku.



1. Memahami lafal, tekanan  dan jeda yang lazim/ baku Lafal


Memahami lafal merupakan sesuatu hal yang penting mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku yang memounyai lafal masing-masing dalam pengucapan bunyi bahasanya. Agar pengucapan bunyi bahasa Indonesia dapat dimengerti dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia, maka diperlukan lafal bunyi bahasa secara baku.

Diantaranya bunyi-bunyi sangat mirip kedengarannya. Bunyi bahasa yang berbeda atau mirip dinamakan fonem. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macam lafal bergantung pada letaknya dalam kata suku atau suku kata.

Dalam Bahasa Indonesia ada 28 buah fonem yang terdiri atas :
  • 6 buah  fonem  vocal, yaitu : /a/i/u/e/o/e’/, yang disebut  vocal tungal. Masing-masing  terdiri  dari dua vocal tinggi, tiga  vocal  sedang dan satu vocal  rendah. Berdasarkan  parameter  depan-belakang lidah, dua vocal (i/e) merupakan vocal  depan. Dua merupakan  vocal tengah (a/e’ ) dan  dua  yang lain merupakan  vocal belakang (u, o).
  • 22 buah fonem konsonan , yaitu:b, p, d, t, g, k, f, z, s, sy, kh, h, j, c, m, n, ny, ng, r, l, w dan y. Terbentuknya konsonan tergantung posisi.


Alat ucap kita sebagai artikulator dan titik artikulasinya yg dibantu dengan udara dan paru-paru. Konsonan itu sendiri  dihasilkan apabila bunyi ujaran udara yg keluar dari paru-paru mendapat rintangan/ halangan dari alat ucap lainya. 

Konsonan mempuyai contoh yaitu: konsonan hambat bilabial, konsonan hambat alveolar, konsonan hambat palatal, konsonan frikatif glottal tak bersuara, konsonan nasal bilabial, konsonan nasal alveolar, konsonan nasal palatal, konsonan nasal velar, konsonan getar alveolar, konsonan lateral alveolar, semi vocal bilabial, semivokal palatal

Inotasi/ Tekanan adalah kalimat atau mengacu yangg ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapnnya dari pada bagian yg lain. Inotasi mengacu pada naik turunnya nada dalam perafalan kalimat, sedangkan ritme mengacu kepemberian tekanan pada kata dalam kalimat.

Bagian  kalimat tempat berlakunya suatu pola perubahan nada tertentu disebut kolompok ton. Pada setiap kelompok ton terdapat suku kata yg   terdengar menonjol yg menyebabkan terjadinya pengubahan nada. Suku kata itulah yang mendapat aksen.

2. Lafal, Tekanan, Inotasi Dan Jeda Tidak oleh Lazim/ Tidak Baku


Dalam tuturan bahasa Indonesia ada sejumlah fonem yg dilafalkan tidak sesuai dengan lafal yg tepat sehingga lafal tersebut menjadi tidak baku. Hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai factor, misalnya karena faktor lafal bahasa daerah asal, faktor latar belakang pendidikan atau lingkungan sosial.
Contoh :



Pelafalan agar tidak salah harus dilihat berdasarkan konteks kalimat dalam arti kata–kata tersebut dan dilafalkan berdasarkan makna kalimat yang dimaksud.

Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat.

A. Memahami Informasi Lisan
Apabila kita sedang mendeengar orang berpidato baik di televisi maupun di radio, mendengarkan seorang pembicara pada seminar, rapat atau diskusi berarti kita sedang menyimak sesuatu informasi lisan. Untuk memahami informasi tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan, misalnya kita harus menyimak si pembicara tersebut dengan konsentrasi penuh dan harus dapat menyimpulkan informasi yang disampaikannya, khususnya bagian–bagian inti dari informasi tersebut tanpa terpengaruh oleh uraian lainnya.

B. Memahami Fakta dan Pemerian
1. Perbedaan Fakta dan Bukan Fakta
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang bena–benar ada atau terjadi, sedangkan diluar dari keadaan yang merupakan kenyataan atau tidak benar–benar terjadi atau belum terjadi, atau masih berupa pendapat pribadi, pendapat umum/ opini, wacana dan sebagainya, dikatakan bukanlah suatu fakta.

2. Memahami Pemerian
Ketika membaca suatu teks, pada umumnya teks yang kita baca adalah berurutan dari kiri ke kanan. Namun, agar lebih mudah dipahami. Mudah diingat, dan lebih mudah untuk diungkapkannya, informasi/keterangan dalam teks tersebut sering diuraikan secara berurutan ke bawah dengan mengambil pokok–pokok yang dibutuhkan saja. Informasi/ keterangan yang demikian itu berarti membutuhkan pemerian.

C. Isi Pokok Informasi dan Uraian Lisan yang Bersifat Faktual,  Spesifik dan Rinci 
Informasi yang bersifat faktual adalah informasi yang berdasarkan kenyataan atau sesuatu yang benar–benar terjadi, atau benar–benar ada. Misalnya dalam seminar contoh-contoh yang dikemukakan biasanya bersifat faktual. Artinya contoh-contoh yang dikemukakan merupakan contoh yang benar–benar ada, bukan fiktif atau karangan si pembicara semata-mata.

D. Memahami Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa
Ragam bahasa Indonesia ditimbulkan karena adanya pengaruh faktor sejarah, dan perkembangan masyarakat, atau faktor yang terdapat pada masyarakat pemakai bahasa seperti pendidikan, usia, agama, bidang pekerjaan, sikap penutur dan juga latar belakang budaya daerah. 

Walaupun demikian kita msih bisa memahami orang lain yang berbahasa Indonesia, karena pada dasarnya ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, serta tata makna pada umumnya masih sama.
Secara garis besar ragam bahasa yang ada di Indonesia antara lain :
  • Ragam bahasa yang bersifat perseorangan (idiolek)
  • Ragam bahasa yang digunakan oleh orang didaerah tertentu atau sekelompok orang (diolej atau logat)
  • Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dan golongan sosial tertentu (sosiolek)
  • Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan, pekerjaan atau profesi tertentu, disebut (fungsiolek)
  • Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal yang disebut bahasa baku atau standar
  • Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau situasi tidak resmi
  • Ragam bahasa yang digunakan secara lisan, biasa disebut bahasa lisan atau ragam bahasa tertulis atau disebut bahasalisan

2. Proses dan Hasil Berdasarkan Ciri atau Penanda Kata/ Kalimat
Informasi yg menggambarkan adanya proses atau hasil biasaya ditandai oleh imbuhan  atau akhiran, diantaranya imbuhan pe-an (proses) dan akhiran –an (hasil).

  • Imbuhan pe-an           

Imbuhan gabung pe-an adalah gabungan antara awalan pe- dan akhiran –an yg diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Ada beberapa fungsi dari imbuhan pe-an, diantaranya adalah, menyatakan proses. Untuk mendapatkan makna proses imbuhan gabung pe-an harus diimbuhkan pada kata kerja, kata benda atau kata sifat tertentu.
Contoh: Penagihan dilakukan setiap tanggal dua puluh. Penagihan artinya proses menagih
  • Akhiran –an

Akhiran –an tidak mempunyai variasi bentuk, karena morfem –an ini tidak mengalami perubahan bentuk dalam penggabungannya dengan unsure-unsur lain.f ungsi akhiran –an adalah untuk membentuk kata benda, sedangkan makna dari akhiran –an diantaranya adalah menunjukkan hasil.
Contoh: Novel karangan Fira Basuki banyak bercerita tentang dunia perempuan. Karangan artinya hasil dari perkerjaan mengarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar